Mediapribumi.id, Jakarta — Indonesia merupakan negara yang tersusun dari keberagaman, baik beragam bahasa, suku, budaya dan agama. Kondisi ini menjadikan Indonesia sering kali mendapat ancaman dari paham-paham yang sengaja memporak-porandakan persatuan.
Seperti paham radikalisme-terorisme, yang menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk memecah persatuan, bahkan tak heran jika paham mereka sampai tega melakukan pembunuhan hanya karena berbeda agama atau pun aliran.
Berangkat dari kondisi ini, salah seorang santri, Moh Faiq yang merupakan alumni dari Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, menemui Kepala Subdirektorat Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) di kantornya, Bogor, Jawa Barat pada Selasa, (11/2/2025).
“Sejak dulu, kami telah diajarkan bagaimana mencintai negara harus dengan begitu hebatnya, bahkan dikatakan mencintai negara adalah sebagian dari keimanan. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa santri saat ini harus ikut terlibat dalam mencegah paham radikalisme terorisme di Indonesia,” kata Faiq. Selasa (11/2/2025).
Faiq menuturkan, kondisi yang menjadikan seseorang berontak terhadap negara atau tidak menghargai perbedaan di dalamnya, itu bermula karena ketidakpuasan mereka mengenai kebijakan atau sistem pemerintahan yang dijalankan kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang berideologi radikal.
“Sehingga dari hal itu, perlu kiranya kita melakukan penguatan ideologi Islam Ahlussunnah wal Jamaah di kalangan anak muda, melalui pendekatan yang humanis dan menghadirkan wajah Islam yang ramah bukan yang marah-marah, merangkul bukan memukul, serta dapat menghindari segala bentuk ujaran kebencian atau tindakan yang dapat merusak persatuan,” jelasnya.
Melalui penguatan ideologi Islam Ahlussunnah wal jamaah ini, lanjut Faiq, diharapkan bisa memberikan pemahaman bagi anak muda bahwa Islam sesungguhnya sangat menjunjung tinggi toleransi, memiliki prinsip yang berkeadilan, serta menerima bahwa Pancasila dapat dijadikan pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara.
“Karena, jika penguatan ideologi ini terus dilakukan, maka perlahan paham radikalisme terorisme akan menghilang. Sementara itu, kami akan terus mendukung upaya-upaya BNPT-RI dan siap bersinergi dalam memerangi paham radikalisme terorisme tersebut,” ungkapnya.
Kepala Subdirektorat Kontra Propaganda Hendro Wicaksono, menyambut baik kedatangan salah satu alumni Pondok Pesantren Annuqayah tersebut.
Dirinya mengatakan, santri dapat berperan aktif dalam memperkuat ideologi dengan membangun kontra narasi melalui tulisan-tulisan.
“Karena terkait pencegahan paham radikalisme di Indonesia, kami telah melakukan kegiatan kontra radikalisasi yang terdiri dari kontra ideologi, kontra propaganda, dan kontra narasi. Di dalam kontra narasi, kami menyebar tulisan-tulisan melalui Pusat Media Damai (PMD) yang ujung tombaknya adalah Duta Damai dan Duta Damai Santri,” terangnya.
Melalui program tersebut, kata Hendro, teman-teman santri diberdayakan membuat tulisan dan didorong untuk membuat kegiatan-kegiatan yang dapat menangkal paham radikalisme di masyarakat.
“Jadi kami, terbuka untuk pesantren, namun terkait kegiatan-kegiatannya ke depan perlu kami rumuskan kembali, setelah ada kebijakan dari pemerintah yang sekarang ini,” tutupnya.