Mediapribumi.id, Sumenep — Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) terus menunjukkan komitmen kuat dalam menekan angka stunting, demi menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Kepala Dinkes P2KB Sumenep, drg. Ellya Fardasah, mengungkapkan bahwa tren penurunan prevalensi stunting di ujung timur Pulau Madura ini cukup menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir.
“Pada 2021, angka stunting kami masih 29 persen. Setahun kemudian turun menjadi 21,6 persen, dan di 2023 kembali menurun menjadi 16,7 persen,” ujar Ellya, Selasa (29/04/2025).
Meski data resmi tahun 2024 masih menunggu rilis pemerintah pusat, Ellya optimistis tren positif ini akan terus berlanjut. Ia menyebut laporan dari lapangan menunjukkan adanya penurunan nyata, berkat sejumlah program intervensi yang digencarkan.
Tak tanggung-tanggung, Bupati Sumenep menargetkan angka stunting bisa ditekan hingga 10 persen pada 2025 mendatang.
Untuk mencapai target ambisius itu, Dinkes P2KB mengandalkan dua strategi utama: intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Intervensi sensitif meliputi langkah-langkah perbaikan faktor pendukung kesehatan, seperti pembangunan jamban dan perbaikan sanitasi lingkungan.
“Sanitasi yang buruk bisa menyebabkan penyebaran bakteri berbahaya dan memperburuk kesehatan anak. Karena itu, pembangunan jamban sangat penting untuk memutus rantai penyebaran penyakit,” terang Ellya.
Pelaksanaan program ini dilakukan secara kolaboratif dengan lintas sektor, menggandeng Dinas PUTR, Dinas Sosial, hingga Dinas Pendidikan.
Sementara itu, intervensi spesifik yang langsung menyasar penyebab stunting tetap menjadi fokus utama. Berbagai program dilaksanakan, mulai dari pemberian makanan tambahan setiap tiga bulan, distribusi vitamin A, hingga pemberian vitamin K untuk bayi baru lahir.
“Dengan strategi terpadu ini, kami optimistis bisa mengawal penurunan angka stunting di Sumenep secara signifikan dan berkelanjutan,” pungkasnya.