Udara, Sengsara dan Kesadaran Kita
Oleh: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd.
(Pengajar Ilmu Lingkungan di Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang)
Sepekan terakhir ini, media ramai dengan berita buruknya kualitas udara di berbagai wilayah di Indonesia. Kantor berita Antara (24/06/2024) melaporkan kualitas udara di ibukota berstatus tidak sehat. IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 158 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 65 mikrogram per meter kubik atau 13 kali lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Particulate Matter (PM) adalah partikel dengan diameter bervariasi tetapi sangat kecil, menembus sistem pernapasan melalui inhalasi. Perlu diketahui, PM 2,5 merupakan partikel berukuran lebih lebih kecil 2,5 mikron yang ditemukan di udara termasuk debu, asap dan jelaga. Paparan partikel ini dalam jangka panjang dikaitkan dengan kematian dini, terutama pada orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru kronis.
Merujuk data laporan IQAir yang dapat diakses di laman https://www.iqair.com/us/world-air-quality-report-press-kit, Greepeace (19/03/2024) mengulas bahwa dalam skala Asia Tenggara, Indonesia bertengger di posisi pertama negara paling berpolusi. Wilayah Tangerang Selatan menjadi peringkat pertama sebagai kota paling berpolusi se Asia Tenggara, dengan konsentrasi tahunan PM 2,5 mencapai 71,7 ug/m3. Ironisnya, kota Jakarta menduduki peringkat ketujuh untuk kota paling berpolusi di seluruh dunia. Angka PM 2,5 tahunan 8 kali melampaui standar pedoman WHO, yaitu sebesar 43,8 ug/m3.
IQAir pada 1 Maret 2024 pernah merilis data (https://dataindonesia.id/, 1/3/2024), yang menunjukkan delapan kota di Indonesia dengan polusi udara tertinggi. Hal yang menyedihkan bahwa Malang menempata posisi teratas. Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menjadi wilayah dengan polusi udara paling tinggi di Indonesia pada Jumat, 1 Maret 2024 pukul 10.20 WIB. Hal itu terlihat dari skor indeks kualitas udara di wilayah itu yang sebesar 156 poin atau masuk kategori tidak sehat. Surabaya, Jawa Timur, menempati posisi selanjutnya dengan skor indeks kualitas udara sebesar 152 poin atau masuk kategori tidak sehat.
Kondisi Sengsara
Pencemaran udara, yang berasal dari berbagai sumber seperti kendaraan, pabrik, rokok, pembakaran sampah, dan lain-lain jelas akan memicu terjadinya gangguan pernapasan, seperti asma, ISPA, dan kanker paru-paru. Pencemaran udara dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen di dalam darah, sehingga membahayakan kesehatan. UNEP Pollution Action (2021) menegaskan bahwa polusi udara merupakan ancaman lingkungan terbesar terhadap kesehatan masyarakat secara global dan menyebabkan sekitar 7 juta kematian dini setiap tahunnya. Polusi udara dan perubahan iklim berkaitan erat karena semua polutan utama mempunyai dampak terhadap iklim dan sebagian besar mempunyai sumber yang sama dengan gas rumah kaca.
European Environment Agency (2023) menjelaskan tentang paparan polusi udara dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker trakea, bronkus, dan paru-paru, asma yang semakin parah, dan infeksi saluran pernapasan bawah. WHO memberikan bukti adanya hubungan antara paparan polusi udara dan diabetes tipe 2, obesitas, peradangan sistemik, penyakit Alzheimer, dan demensia. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (The International Agency for Research on Cancer) telah mengklasifikasikan polusi udara, khususnya PM2.5, sebagai penyebab utama kanker. Sebuah tinjauan global baru-baru ini menemukan bahwa paparan kronis dapat mempengaruhi setiap organ dalam tubuh, memperumit dan memperburuk kondisi kesehatan yang ada.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa anak-anak dan remaja merupakan golongan yang sangat rentan. Hal ini karena tubuh, organ, dan sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Polusi udara merusak kesehatan pada masa kanak-kanak dan meningkatkan risiko penyakit di kemudian hari. Sayangnya, anak-anak tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi diri mereka sendiri atau mempengaruhi kebijakan kualitas udara.
Meskipun ozon di stratosfer berperan protektif terhadap radiasi ultraviolet, ozon berbahaya bila berada dalam konsentrasi tinggi di permukaan tanah, dan juga berdampak pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Selain itu, nitrogen oksida, sulfur dioksida, Senyawa Organik yang Mudah Menguap (Volatile Organic Compounds/VOC), dioksin, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbons/PAH) semuanya dianggap sebagai polutan udara yang berbahaya bagi manusia. Karbon monoksida bahkan dapat memicu keracunan langsung jika dihirup dalam jumlah tinggi. Logam berat seperti timbal, bila diserap ke dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan keracunan langsung atau keracunan kronis, tergantung paparannya. Penyakit yang diakibatkan oleh bahan-bahan tersebut pada dasarnya meliputi gangguan pernafasan seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), asma, bronkiolitis, dan juga kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular, disfungsi sistem saraf pusat, dan penyakit kulit. Perubahan iklim akibat pencemaran lingkungan mempengaruhi distribusi geografis banyak penyakit menular, seperti halnya bencana alam. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah melalui kesadaran masyarakat yang dibarengi dengan pendekatan multidisiplin oleh para ahli ilmiah; organisasi nasional dan internasional harus mengatasi munculnya ancaman ini dan mengusulkan solusi berkelanjutan (Manisalidis et al., 2020).
Menggugah Kesadaran
Banyak hal kecil yang dapat kita lakukan sebagai kebiasaan baik. Harus diingat, meskipun kecil, jika dilakukan secara komunal atau kolektif maka akan berdampak besar. Mackenzie dan Turrentine (2023) dari NRDC (the Natural Resources Defense Council) memberikan semangat bahwa semakin sedikit bahan bakar (BBM) yang kita bakar, semakin baik upaya kita dalam mengurangi polusi udara dan dampak buruk perubahan iklim. Masyarakat perlu bijak membuat pilihan yang baik tentang penggunaan transportasi. Dalam aktivitas sehari-hari masyarakat dapat naik sepeda, jalan kaki, atau naik angkutan umum, alih-alih menggunakan kendaraan pribadi. Untuk mengemudi, pilih mobil yang menghasilkan mil per galon bahan bakar lebih baik atau beli mobil Listrik. Membeli makanan secara lokal akan mengurangi bahan bakar fosil yang dibakar dalam angkutan truk atau makanan yang diterbangkan dari seluruh dunia. Dan yang paling penting: “masyarakat perlu mendukung berbagai upaya dan kebijakan para pemimpin yang mendorong udara dan air bersih serta langkah-langkah bertanggung jawab terhadap perubahan iklim,”.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan pihak terkait untuk memotivasi masyarakat agar mengambil bagian atau terlibat dalam upaya mengurangi tingkat pencemaran udara. Dengan memanfaatkan strategi seperti kampanye kesadaran, insentif, dan acara komunitas, masyarakat dapat menciptakan momentum positif dalam inisiatif ini dan memastikan keberhasilan ke depannya.
Thirdview.info (2023), sebuah platform untuk informasi tentang gaya hidup berkelanjutan, menguraikan strategi tersebut. Pertama, Kampanye Kesadaran. Salah satu cara paling efektif untuk memotivasi orang adalah dengan menyadarkan mereka akan masalah tersebut. Kampanye kesadaran dapat digunakan untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya mengurangi polusi dan membantu melindungi lingkungan. Jenis kampanye ini harus mencakup informasi tentang apa itu polusi, dampaknya terhadap kesehatan dan planet kita, serta cara-cara yang dapat dilakukan oleh individu dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengurangi tingkat polusi. Kampanye penyadaran dapat dilakukan melalui media cetak, iklan radio atau televisi, atau bahkan kampanye online melalui platform media sosial seperti YouTube, Facebook, TikTok, Instagram, atau Twitter/X.
Kedua, Insentif. Cara lain untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam inisiatif perlindungan lingkungan adalah melalui pemberian insentif. Kita dapat memberikan kupon atau diskon kepada mereka yang berpartisipasi dalam proyek pembersihan atau kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya perlindungan lingkungan. Kitajuga dapat membuat sistem penghargaan di mana peserta diberikan poin untuk setiap aktivitas yang mereka selesaikan yang membantu mengurangi tingkat polusi. Poin ini kemudian dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah seperti diskon di bisnis lokal atau bahkan tiket gratis ke acara seperti konser atau film.
Ketiga, Acara Komunitas. Menyelenggarakan acara komunitas adalah cara baik lainnya untuk melibatkan masyarakat dalam inisiatif perlindungan lingkungan. Jenis acara ini bisa berupa seminar dan lokakarya pendidikan tentang praktik hidup berkelanjutan, hingga hari bersih-bersih di mana masyarakat berkumpul dan bekerja sama dalam proyek yang bertujuan mengurangi tingkat polusi di wilayah setempat. Acara-acara ini tidak hanya akan membantu meningkatkan kesadaran mengenai isu polusi, namun juga akan menciptakan rasa persahabatan di antara mereka yang hadir yang dapat menjadi motivator kuat untuk terus terlibat dalam upaya perlindungan lingkungan dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, Manisalidis et al (2020) berfokus pada pengambil kebijakan. Kebijakan pencegahan global harus dirancang untuk memerangi polusi udara antropogenik sebagai pelengkap penanganan yang tepat terhadap dampak buruk kesehatan yang terkait dengan polusi udara. Praktik pembangunan berkelanjutan harus diterapkan, bersama dengan informasi yang diperoleh dari penelitian agar dapat menangani masalah ini secara efektif.
Pada titik ini, kerja sama internasional dalam hal penelitian, pengembangan, kebijakan administrasi, pemantauan, dan politik sangat penting untuk pengendalian polusi yang efektif. Perundang-undangan mengenai polusi udara harus diselaraskan dan diperbarui, dan para pembuat kebijakan harus mengusulkan rancangan alat perlindungan lingkungan dan kesehatan yang ampuh. Oleh karena itu, kita harus fokus pada pengembangan struktur lokal dan nasional untuk mempromosikan pengalaman dan praktik serta mengekstrapolasinya ke tingkat global melalui pengembangan kebijakan yang efektif untuk mengurangi pencemaran udara dan secara luas dalam pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan.