Mediapribumi.id, Sumenep — Pagelaran Karapan Sapi menuju Piala Presiden Republik Indonesia (RI) Tahun 2025 di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, terkesan dipaksakan.
Hal itu diungkapkan oleh Badienk Dirgantoro, selaku pecinta kerapan sapi. Menurutnya, fasilitas yang akan ditempati pada ajang bergengsi itu tidak memenuhi kriteria.
Badienk menilai, lomba karapan sapi Piala Presiden bisa digelar, apabila memenuhi syarat yang ditentukan, seperti panjang lintasan minimal 221 meter, berbentuk stadion, memiliki tribun VIP bagi penonton, dan sarana parkir yang luas.
“Lapangan di Kecamatan Bluto secara lintasan memenuhi, tapi tiga point lainnya itu tidak ada. Makanya terkesan dipaksakan,“ kata Badienk, Rabu (7/8/2024).
Misal, sambung Badienk, pagelaran yang sama di Kabupaten Pamekasan. Karena tidak memenuhi kriteria, terpaksa menggunakan fasilitas lain demi keamanan dan kenyamanan sebuah aturan.
“Kalau Sumenep beda, sudah tau tidak memenuhi tapi masih mau digelar. Gimana tidak terkesan dipaksakan,“ ungkapnya.
Tidak hanya lapangan kerapan di Kecamatan Bluto, Badienk juga memberikan penilaian terhadap lapangan kerapan sapi di Giling Sumemep.
“Dari empat point itu hampir memenuhi, cukup menambah panjang lintasan saja. Namun, kata dia, tidak bisa direvitalisasi gegara keterbatasan anggaran,” ujarnya.
“Uang senilai Rp.700 juta itu sebenarnya cukup mas. Kan hanya untuk memperpanjang lintasan. Dan lapangan itu memenuhi kriteria untuk menyambut piala presiden 2025,“ tuturnya.
Kemarin, pada Selasa, tanggal 6 Agustus 2024, Kepala Disbudporapar Moh. Iksan mengaku bahwa telah menganggarkan Rp.700 juta untuk revitalisasi lapangan yang dapat ditempati pagelaran seni, budaya dan olahraga supaya representatif.
Carut marut pagelaran Karapan Sapi menyambut Piala Presiden 2025 bertajuk Sumenep Bullrace Championship yang dijadwalkan pada 14 Agustus 2024 di Lapangan Karapan Sapi, Kecamatan Bluto, Sumenep, juga mendapat tanggapan dari anggota Komisi IV DPRD Sumenep, Ach. Naufil.
Dirinya sangat menyayangkan pihak penyeleggara yang terkesan memaksakan pagelaran bergengsi itu.
Padahal, menurutnya, ini bukan event sembarangan, karena melibatkan pecinta sapi karapan lokal Madura.
“Coba pikir ya, kalau diawal pelaksanaan saja sudah carut marut begini, bagaimana ketika sudah acara. Jangan bikin malu Sumenep,“ tegasnya.
Naufil menduga penyelenggara hanya untuk sebatas melaksanakan, tanpa berpikir konsekuensi yang akan dihadapi.
Bahkan dimungkinkan hanya mencari muka kepada orang tertentu“Jangan-jangan hanya sebatas asal bapak senang. Parah orang begitu itu,“ pungkasnya.