Mediapribumi.id, Sumenep — Tim Pemberdayaan Berbasis Kewirausahaan (PBK) meluncurkan terobosan, pemberdayaan masyarakat di Desa Grujugan, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Ruang lingkup pemberdayaan ini dilakukan kepada mitra usaha produk unggulan daerah limbah sabut kelapa menjadi produk bernilai tambah, oleh Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep.
Fokus program ini adalah digitalisasi pengolahan produk unggulan kelapa, seperti cocofiber, cocopeat, dan briket, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Pimpinan tim PBK, Dr. Iskandar Dzulkarnain. M.Si, menerangkan, tim ini berupaya mengurangi limbah kelapa yang selama ini terbuang percuma, dan meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Program ini Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) dengan nomor kontrak 121/E5/PG.02.00/PM.BARU/2024,” tuturnya.
Selama program, tim PBK memberikan pelatihan intensif kepada mitra usaha, tentang teknik pengolahan limbah kelapa, termasuk pembuatan briket dari tempurung kelapa dan pengolahan serabut kelapa menjadi cocofiber dan cocopeat.
“Pendampingan langsung diberikan agar Mitra dapat mengaplikasikan teknik tersebut secara mandiri,” paparnya.
Pihaknya menilai, bahwa dengan potensi besar dari limbah kelapa yang belum dimanfaatkan secara optimal, diharapkan masyarakat dapat mengolanya menjadi produk bernilai tinggi, dan ramah lingkungan, meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Respons dari Mitra sangat positif. Mereka antusias mengikuti pelatihan dan mulai melihat manfaat ekonomi dari limbah kelapa,” ungkap Iskandar Dzulkarnain kepada mediapribumi.id. Sabtu (21/09/2024).
Dia berharap, program ini menjadikan Desa Grujugan sebagai model bagi kecamatan lain dalam pemanfaatan limbah kelapa yang berkelanjutan.
Selain pelatihan, tim PBK juga membantu warga mengembangkan strategi pemasaran untuk produk yang dihasilkan. Mereka memperkenalkan pemasaran digital melalui media sosial dan e-commerce, sehingga produk olahan kelapa dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Dalam waktu dekat, produk-produk tersebut akan mulai dipromosikan di luar daerah.
Sementara Wiwik, anggota tim, menekankan pentingnya strategi pemasaran untuk memastikan keberlanjutan program yang sudah berlangsung.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya mampu memproduksi, tetapi juga menjual produk dengan baik. Ini akan membantu meningkatkan taraf hidup mereka,” ujarnya.
Dengan adanya program PBK, tim berharap masyarakat Desa Grujugan dapat terus mengoptimalkan pengolahan limbah kelapa, meningkatkan kesejahteraan, dan menuju kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
“Kami Tim PBK berkomitmen untuk memberikan pendampingan dan dukungan agar inovasi ini dapat menjadi produk unggulan desa,” tukasnya.