SHARING, LEARNING AND CARING: Slogan baru Lesson Study membangun Learning Community
Ole: Assoc. Prof. Dr. Nurwidodo, M.Kes. Dosen Prodi Pedidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
OPINI, Mediapribumi.id — Internationaal Conference on Lesson Study ke-14 pada tanggal 8 s/d 11 September di UMGresik telah mengetengahkan berbagai hasil penelitian terbaru di bidang pembelajaran. Salah satu temuan yang memanaskan telinga menurut beberapa pakar pembelajaran adalah ketika kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwasanya telah terjadi shocking situasi dalam dunia pembelajaran saat ini.
Menurut beberapa penelitian mutakhir, 70% siswa tidak menguasai materi pelajaran, sementara itu 80% siswa tidak mampu melakukan bagaimana cara belajar.
Menurut Prof. Manabu Sato, pakar lesson study dari Jepang, kondisi loss learning ini terjadi akibat dari aksi pembelajaran semu (pseudo teaching) yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran sering hanya ditujukan untuk memenuhi formalitas belaka sehingga hanya menghabiskan waktu dan menjadi sia sia. Bilamana hal ini tidak segera di reorientasikan kepada hakekat belajar dan mengajar yang sesungguhnya, maka loss learning akan semakin parah.
Bilamana tahun 2019 s/d 2022 terjadinya lost learning akibat dari pembelajaran daring, maka saat ini loss learning disebabkan oleh masalah pembelajaran yang membebani. Hal yang sama disampaikan oleh Arif Hidayat, presiden ALSI yang baru saja terpilih, membenarkan pernyataan para pakar sebelumnya.
Lesson study mengajak para guru untuk menyadari akan hal ini, yang terjadi secara masif dan akan merugikan masa depan generasi penerus bila diabaikan. Oleh karenanya Lesson Study melakukan pengkajian secara kolegial dan berkesinambungan.
Tujuan akhir dari lesson study adalah mewujudkan komunitas belajar atau learning community. Learning community adalah masyarakat pebelajar yang terbuka untuk belajar, belajar dari praktek pembelajaran secara analitik dan peduli serta berkomitmen terhadap siswa. Learning community salah satunya bertujuan untuk mewujudkan hakekat belajar yang sesungguhnya pada siswa. Indikasinya adalah penguasaan atas materi ajar (obyek ajar) dan cara mengusai materi ajar (metode belajar) tersebut yang baik dan benar.
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh para pakar seperti Pete Dudley dari Cambridge University London, Oey Bang Choy dari Nanyang University Singapore dan pakar lainnya menunjukkan bahwa Lesson Study for Learning Community (LSLC) mampu meningkatkan profesionalitas guru. Sementara itu profesionalitas guru mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena melalui lesson study for learning community berlangsung suatu pengkajian pembelajaran secara terbuka (sharing), belajar secara terbuka (learning) dan dilandasi empati terhadap siswa (caring).
Pengkajian pembelajaran dimulai dari pengkajian terhadap perangkat pembelajaran atau yang meliputi chapter design (kajian materi) dan lesson design (kajian model atau metode pembelajaran). Materi ajar dikaji ruang lingkupnya oleh guru bersama dengan koleganya. Pengkajian materi ajar juga dikaitkan atau diintegrasikan dengan model pembelajaran yang dipilih, apakah kolaboratif, apakah problem based ataukah projek based learning.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap model memiliki syntaks (langkah), dan pada setiap langkah tersebut perlu mengintegrasikan dengan materi yang tepat sehingga belajar menjadi bermakna.
Prof. Dr. Ibrohim menyatakan bahwa lesson design menggambarkan alur pemanduan atau fasilitasi belajar yang dipikirkan dan dirancang oleh guru untuk membantu belajar siswa. Dalam hal ini, guru mencoba memerankan diri sebagai siswa dalam menyusun alur belajar tersebut. Suatu lesson design diawali dengan menetapkan tujuan pelajaran, dari sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi guru tujuan dirumuskan dalam tiga unsur utama, yakni matari/konsep, cara/pengalaman belajar, dan cara mengevaluasi. Sementara tujuan belajar yang dinginkan siswa berupa sebuah pengungkapan pengalaman yang sesuai dengan pemahaman atau keterampilan tertentu. Misal bisa memasang rangkaian sampai menyala, memahami beda seri dan paralel, dan lain-lain dengan bahasa siswa.
Sharing atau berbagi adalah aktivitas yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anggota komunitas belajar untuk menggambil manfaat dari apa saja yang dilakukan oleh guru model dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Bahwasanya semua aktivitas pengkajian sejak perencanaan (open plan), pelaksanaan pembelajaran (open lesson), hingga refleksi dilaksanakan secara terbuka. Terbuka untuk disaksikan, terbuka untuk dicermati, terbuka untuk dipertanyakan dan terbuka untuk di analisis. Keterbukaan ini akan memberikan kesempatan kepada siapapun, terutama observer untuk belajar. Oleh karena itu di lesson study sangat marak dengan gerakan buka kelas (open class) dan gerakan buka kelas ini merupakan padanan dari sharing. Apa yang di sharingkan? Banyak hal dapat ditemukan, misalnya mengelola pembelajaran berdasar model yang dijalankan, menerapkan TPACK, mewujudkan HOTS dan lain-lainnya.
Melalui gerakan buka kelas ini ingin disuguhkan pembelajaran yang mengasyikkan, sebagaimana kita sedang menikmati keindahan taman atau menikmati suatu permainan sepak bola. Dengan memanfaatkan sharing maka komunitas belajar dapat mengambil manfaat (ibrah) dari pembelajaraan yang disajikan. Sharing membuka kesempatan pada komunitas untuk belajar. Tidak akan terjadi belajar, bilamana tidak ada sharing.
Learning, adalah aktivitas belajar dengan tujuan mendapatkan pengetahuan. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan mengamati suatu peristiwa. Mengamati bagaimana menyiapkan lesson design, mengamati orang lain melaksanakan pembelajaran (mengajar) melalui kegiatan sharing dapat menjadi sarana belajar. Apa saja yang dapat dipelajari oleh komunitas, pegiat dan observer?
Tentunya banyak hal dapat dipelajari, mulai dari aktivitas menyiapkan rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dan lain lainya. Banyak hal dapat dipelajari, mulai menyiapkan chapter design, menyusun lesson design, mengimplementasikan open lesson hingga melakukan refleksi.
Komunitas dapat memetik pelajaran bagaimana menyepakati prosedur yang berlaku dan melaksanakannya, bagaimana mengambil praktik baiknya (good practice), dan bagaimana menjadikan refleksi sebagai bagian dari pembentukan guru professional. Belajar dalam kaitan ini juga berkembang ke arah bagaimana dialog antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan lingkungan belajarnya dapat terwujud secara dinamis. Belajar juga mencakup bagaimana menjadi guru reflektif yang mengembangkan kemampuan berpikir metakognitif dalam pembelajaran melalui pencermatan dialog dengan siswa.
Caring adalah suatu tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan client atau siswa (Rubenfeld, 2011). Hadir pula dalam asuhan ini rasa empati yang diberikan kepada siswa. Lesson study hadir untuk mewujudkan kebahagiaan siswa dalam belajar. Bukan menjadi tertekan karena belajar. Oleh karena itu, semenjak menyusun lesson design sudah tergambarkan bagaimana siswa yang mengalami situasi tidak menyenangkan, bosan, jemu, kesulitan dalam belajar akan berubah menjadi gembira, senang, semangat, dan mendapatkan kemudahan dalam belajar. Perubahan suasana batin, emosi dan psikologi siswa ini disebabkan karena perilaku caring yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Caring telah menjadi missi guru dalam komunitas LSLC, oleh karena itu pembelajaran selalu mengedepankan suasna dan perasaan senang, tanpa melupakan hakekat belajar yang bermakna.
Pengertian caring dan konsep dasar caring menurut
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktek keperawatan yang bersifat etik dan filosofis.
Caring bukan semata
mata perilaku caring adalah cara yang memiliki makna dan motivasi tindakan (Wulan & Hastuti, 2011).
Dengan ilustrasi tersebut, jelaslah menunjukkan bahwa lesson study peduli pada upaya yang mengarah terwujudnya sharing, learning, dan caring. Wallaahu a’lam bisshowab.