Example floating
Example floating
Opini

Pastikan No Child Left Behind

117
×

Pastikan No Child Left Behind

Sebarkan artikel ini
Pastikan No Child Left Behind
Dr. Nurwidodo

Pastikan No Child Left Behind

Oleh: Dr. Nurwidodo,
Kepala LMT FKIP UMM, Pengurus ALSI dan LSPTM

Opini, mediapribumi.id — Ulasan yang dimaksud atas No Child Left Behind (NCLB) disini berbeda dengan NCLB act yang pernah diberlakukaan di Amerika pada tahun 2002 s/d 2015. Meski diakui, keduanya sama-sama berkaitan dengan dunia pendidikan dan pembelajaran. NCLB disini dimaksudkan pada pembelajaran di kelas, dimana tak satupun siswa yang boleh dibiarkan tertinggal dalam mengikuti proses dan mencapai hasil berupa tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu maka muatan kepedulian (caring), empati, dan membantu menjadi bagian integral dari peran mendidik dan membimbing siswa yang perlu dihadirkan oleh guru dalam pembelajaran.

Masih terngiang di telinga kita, sinyalemen para pakar pendidikan yang menyatakan bahwa sebagian besar atau sekitar 80% siswa kita tidak faham atau mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Sinyalemen ini bukan isapan jempol belaka. Survey yang dilakukan pada 1200 guru di lapang pada bulan September 2023 menyatakan hasil yang sama. Para guru menyatakan bahwa masalah pembelajaran yang selama ini ditemukan diantaranya adalah masalah kesulitan belajar siswa untuk memahami materi pelajaran yang ada di kurikulum. Kondisi seperti ini berlangsung pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dari tahun ke tahun (Nurwidodo, 2023).

Terhadap kondisi seperti itu, maka apa yang perlu dilakukan agar masalah kesulitan belajar ini dapat teratasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sepenuhnya? Dari sini NCLB menjadi urgen untuk diimplementasikan, melalui langkah-langkah pembelajaran berkualitas, bermakna, terbuka, empati atau peduli, saling belajar, dan menyenangkan.

Kesulitan Belajar
NCLB dalam konteks ulasan ini diarahkan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar yang menjadi sebab terjadinya hambatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran siswa. Oleh karena itu, perlu diungkapkan terlebih dahulu, pengertian kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki. Kesulitan belajar menunjukkan ketidakmampuan seseorang yang mengacu kepada gejala dimana seseorang tidak mampu belajar (menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya. Kesulitan belajar menunjukkan gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya. Kesulitan belajar menunjuk pada seseorang yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Dari berbagai definisi di atas maka dapatlah difahami bahwa kesulitan belajar siswa menjadi penyebab terjadinya ketertinggalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar telah mendominasi permasalahan yang terjadi di kelas dan dihadapi guru secara langsung. Hasil pengkajian terhadap kesulitan belajar menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar. Pengkajian terhadap faktor penyebab kesulitan belajar ini dapat menuntun guru untuk mengatasi masalah tersebut dalam kaitnnya dengan NCLB.

Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dalam diri peserta didik dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab kesulitan belajar dalam diri peserta didik sangat dipengaruhi oleh: 1) Rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik saat proses belajar mengajar berlangsung. 2) Kurangnya kesadaran dan rendahnya sikap peserta didik saat proses belajar mengajar berlangsung. 3) Terganggunya alat – alat indera penglihatan yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar. Penyebab kesulitan belajar dari luar anak didik dipengaruhi oleh: 1) Lingkungan sekolah artinya kesulitan belajar dipengaruhi oleh kenyamanan dan ketenangan peserta didik ketika belajar di sekolah. 2) Lingkungan keluarga artinya apabila terdapat ketidakharmonisan hubungan antara anggota keluarga. 3) Lingkungan masyarakat artinya lingkungan anak didik yang mayoritas tidak memperhatikan pendidikan dan akan menyulitkan peserta didik untuk mencari teman belajarnya.

Diagnosis kesulitan belajar perlu dilakukan untuk menentukan faktor yang mana yang bekerja menimbulkan kesulitan blajar. Bila telah ditemukan maka solusi atas kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan meminimalisir beroperasinya faktor tersebut. Namun demikian, kesulitan belajar ini dapat diprediksi sebelum pembelajaran, dengan memanfaatkan informasi performance belajar siswa selama ini. Dengan cara ini, maka rencana pembelajaran dapat disesuaikan dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang mengalami kesulitan.

Pembelajaran, agar dapat meningkatkan capaian pembelajaran lulusan (CPL), dituntut hadir dengan kinerja yang berkualitas, reflektif, transparan, dan menyenangkan sehingga tak satupun ada siswa yang dibiarkan tertinggal (NCLB). Pembelajaran untuk anak yang mengalami kesulitan belajar bukanlah pembelajaran yang eksklusif. Pembelajaran yang didedikasikan untuk NCLB adalah pembelajaran inklusi yang dilakukan dalam kelas dengan berbagai karakter siswa. Dalam pendidikan inklusif, semua siswa memperoleh dukungan yang sama dalam proses pembelajaran di kelas. Namun, siswa yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan pendampingan secara khusus. Prinsip utama yang dipegang adalah bahwa setiap anak bernilai sama, diperlakukan dengan hormat, dan memberi ruang untuk belajar yang setara.

Lesson Design untuk Mengeliminasi CLB
Gambaran aktivitas yang dilakukan pada pengkajian pembelajaran dengan mempertimbangkan anak yang mengalami kesulitan belajar dimulai dengan penyusunan rencana pembelajaran atau lesson design. Penyusunan lesson design diawali dengan memilih salah satu siswa/mahasiswa yang akan dibantu karena sering mengalami kesulitan, gambar wajahnya sedang bersedih, karena dia sering kesulitan apa, merasa mengatakan apa, bosan misalnya. Suatu lesson design dilengkapi dengan menetapkan tujuan pelajaran, dari sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi guru tujuan dirumuskan dalam tiga unsur utama, yakni materi/konsep, cara/pengalaman belajar, dan cara mengevaluasi. Sementara tujuan belajar yang dinginkan siswa berupa sebuah pengungkapan pengalaman yang sesuai dengan pemahaman atau keterampilan tertentu.

Sesungguhnya apa tujuan dari pembelajaran itu? Berdasarkan pengalaman menjadi praktisi, tujuan pembelajaran dalam pengkajian pembelajaran itu sederhana yaitu membahagiakan siswa dalam belajar yang bermakna. Oleh karena itu, urgensi pencapaian lesson design sebagai inti cara berpikir untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selalu diakhiri dengan terwujudnya gambaran kebahagiaan dari seorang siswa yang dianggap paling bermasalah dalam pembelajaran. Seorang siswa yang dianggap paling bermasalah, ketika mengikuti proses pembelajaran dan menemukan solusi atas masalahnya, maka pencapaian tujuan pembelajaran dalam lesson study dianggap terlampaui.

Dalam pengkajian pembelajaran kita mengupayakan siswa bermasalah dapat mengikuti pembelajaran dan menemukan perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Dalam pengkajian pembelajaran, anak bermasalah ini selalu dimonitor perkembangannya. Bilamana hasil treatment melalui monitoring menunjukjan perkembangan yang baik, maka NCLB dapat tercapai.

Penggambaran NCLB ini dalam lesson design sering digambarkan dengan personifikasi wajah siswa yang paling bermasalah. Wajah tersebut pada mulanya menunjukkan emoticon yang murung, bosan, menolak belajar atau bad emoticon lainnya. Pada awalnya, penempatan siswa bermasalah di lesson design ditempatkan di pojok kiri bawah dari lesson design Siswa bermasalah ini menjadi perhatian kusus, sehingga perkembangannya dalam pembelajaran selalu diikuti. Pada akhir pelajaran siswa bermasalah diharapkan menjadi berubah. Perubahan tersebut mengarah pada good emoticon seperti kebahagiaan, kesenangan belajar dan ekspresi perasaan dalam kata “Ahaaai…aku bisa!!!”. Dengan terapi pembelajaran yang demikian itu, maka NCLB segera berubah menjadi Every Student Succeeds Action (ESSA).

Faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran menjadi terganggu ini perlu diantisipasi dengan berbagai cara sehingga intensitasnya menjadi berkurang. Bilamana faktor tersebut berasal dari motivasi belajar siswa, maka berbagai bentuk permainan yang menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan tentu sangat dibutuhkan. Sekali-kali dalam program belajar per semesternya, seorang guru dalam pembinaan pengkajian pembelajaran, dianjurkan untuk menyajikan TOKATSU. Apa itu tokatssu? Tokatsu adalah suatu permainan edukatif yang mendorong konsentrasi berpikir tanpa harus melelahkan pikiran, namun justru membangkitkan semangat atau menantang kemampuan berpikir. Menu permainan semacam ini banyak dijumpai di kanal YouTube dan dapat dipraktekkan untuk menguatkan konsentrasi siswa.

Penutup
Pembelajaran menuju setiap siswa sukses dapat dilakukan (action) oleh guru yang menguasai materi pelajaran (what to teach) dan bagaimana cara mengajarkannya (how to teach). Pada dasarnya what to teach adalah chapter design, sedangkan how to teach adalah lesson design. Oleh karena itu, penguasaan atas materi ajar menjadi penentu awal untuk menghasilkan pembelajaran berkualitas yang dapat mengantarkan pada setiap siswa sukses. Guru yang faham betul atas materi pembelajaran, terasa lancar dan nyaman dalam mengajar. Hal ini juga dirasakan oleh siswanya dalam belajar bersama guru tersebut. Siswa akan menemukan pegalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.

Pergaulan yang secara ekstensif dan intensif dalam masyarakat belajar sebagaimana yang menjadi cita-cita pengkajian pembelajaran, memberikan refleksi bahwa pengkajian pembelajaran berkomitmen pada pemecahan persoalan pendidikan pada inti atau bagian utamanya, yaitu kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran inilah yang kemudian dilakukan penelaahan, pengkajian dan penelitian sehingga jawaban atau solusi atas permasalahan pembelajaran dapat diperoleh dan diimplementasikan.
Kualitas pembelajaran akan terbangun bilamana pembelajaran dilakukan secara terbuka. Budaya buka kelas menjadikan pembelajaran dapat disaksikan oleh siapapun dan dapat menerima masukan dari siapapun. Situasi demikian memungkinkan guru untuk belajar dan guru sebaiknya selalu belajar agar tidak kontradiktif dalam memerankan diri sebagai pengajar. Pengkajian pembelajaran hadir di tengah kita untuk mewujudkan harapan tersebut.

Hari Santri Google News
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *