Opini

Misteri Radikalisme di Perguruan Tinggi dan Solusi Mengatasinya

Avatar
638
×

Misteri Radikalisme di Perguruan Tinggi dan Solusi Mengatasinya

Sebarkan artikel ini
Misteri Radikalisme di Perguruan Tinggi dan Solusi Mengatasinya
Abdul Warits (Duta Damai Santri Jawa Timur)

Siapa sangka kehidupan kampus yang identik dengan lingkungan akademik ternyata harus terpapar radikalisme yang mengarah kepada terorisme. Kampus merupakan ladang basah bagi kelompok terorisme untuk menyebarkan propaganda kepada mahasiswa baru di dalamnya. Pasalnya, saat masa penerimaan mahasiswa baru menjadi lahan empuk untuk mendoktrin dan memasukkan ajaran mereka.

Maka penulis berkesimpulan sudah saatnya perguruan tinggi memasukkan materi materi tentang cinta tanah air sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia. Selain, saat penerimaan mahasiswa baru penting juga tentang edukasi kurikulum yang meneguhkan kebangsaan Indenesia dan NKRI.

Dilansir dari Voaindonesia.com, Detasemen Khusus 88 Antiteror pernah menangkap seorang mahasiwa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, berinisial IA (22 tahun) karena diduga menjadi simpatisan ISIS. Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional angkatan 2019 itu diduga berperan sebagai penyebar propaganda ISIS lewat media sosialnya.

Hal ini mengindikasikan kampus selain sebagai ladang basah bagi berkembangnya bibit radikalisme, dunia kampus dan anak muda juga sangat akrab dengan media social dan mayoritas mahasiswa mencari referensi di dalamnya. Sehingga, jika kampus belum bisa menyebarkan nilai nilai moderasi beragama, kerukunan antar umat beragam dan meneguhkan kebangsaan di media online dan kurikulumnya tentu paham radikalisme yang mengarah kepada terorisme akan semakin tumbuh subur dan semakin tidak terbendung.

Peristiwa radikalisme di lingkungan kampus tentu semakin menjadi misteri yang menakutkan karena tidak bisa dipungkiri karena para mahasiswa masih haus akan pengetahuan-pengetahuan seperti tentang khilafah, hukum Islam terkait serangan bom bunuh diri, dan berbagai ajaran lainnya yang menebarkan kebencian terhadap negara. Maka beruntunglah ada beragam organisasi mahasiswa ektra kampus yang gencar mencari para kader terbaik di dalam kampus. Yang terpenting organisasi ini tidak menyalahi dan menebarkan kebencian untuk tidak cinta tanah air.

Selain hal tersebut, mahasiswa baru terkadang juga mencari hal-hal di luar kampus atau mencari sumbernya di platform media sosial seperti Youtube dan Telegram chanel atau bahkan pengajian-pengajian di luar kampus. Sehingga referensi yang mereka terkadang tanpa diskusikan dan dikonfirmasi ulang kepada mereka yang lebih berpengetahuan.

Maka tidak salah, jika Pengamat terorisme Universitas Indonesia mengatakan mahasiswa sangat rentan terpapar radikalisme atau paham radikal karena mereka rata-rata mencari paradigma baru dalam memahami agama.

Ke depan, penting beberapa stakeholder terus digandeng dalam memperkuat wawasan kebangsaan misalnya dengan BNPT RI bekerjasama dengan Kemendiktisaintek dalam bentuk sinergitas atar kementerian dan lembaga termasuk lembaga pendidikan dalam rangka mencegah radikalisme di perguruan tinggi.

Selain itu,m perlu adanya media kampus baik dari instnsi atau Lembaga Pers Mahasiswa memberikan wacana kritis dan mencerahkan sehingga bisa membawa Indonesia aman dari virus Radikalisme yang mengarah kepada terorisme. Karena media digital merupakan platform yang penting untuk menyebarluaskan nilai-nilai perdamaian, keberagaman, dan keharmonisan.

Oleh: Abdul Warits (Duta Damai Santri Jawa Timur)

Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari Santri