BeritaPendidikan

Menunggu Buka Puasa dengan Lakon Dunia Perempuan Gila

Avatar
1057
×

Menunggu Buka Puasa dengan Lakon Dunia Perempuan Gila

Sebarkan artikel ini
Menunggu Buka Puasa dengan Lakon Dunia Perempuan Gila
Pertunjukan teater UKM Sanggar Lentera STKIP PGRI Sumenep

Mediapribumi.id, Sumenep — Seorang perempuan meringkuk di kursi usang tengah panggung, bertarung dengan teror di kepalanya. Ia meremas jari-jemarinya dengan napas tersengal, tatapannya gelisah, seolah terintimidasi.

Inilah adegan pembuka dari pertunjukan teater berjudul Dunia Perempuan Gila yang diadaptasi dari cerita pendek berjudul Membunuh Mini karya M. Aan Mansyur.

Sutradara pertunjukan, Shindy Aulia, menceritakan bahwa lakon ini untuk mengingatkan kembali, cara dari kehidupan memandang perempuan yang harus selalu menjadi mahluk yang baik, patuh dan tidak melawan.

“Kenyataan ini seperti menjadi elegi. Karena sebagai mahluk, perempuan juga diberi karunia cinta yang sama dengan mahluk lainnya, seperti laki-laki misalnya,” kata Shindy. Sabtu (23/3/2025).

Menurut Sindy Aulia, perempuan selalu ditakdirkan menjadi objek untuk bahan olok-olok dalam kehidupan. Kehadiran perempuan seakan untuk memuaskan hawa nafsu hujatan demi hujatan.

“Maka melalui lakon ini, rasanya “stereotip” absurd itu perlu dilawan,” tambah dia.

Ngabuburit dengan cara yang tidak biasa ini, diinisiasi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Lentera di auditorium lantai tiga Kampus STKIP PGRI Sumenep, Desa Gedungan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Disamping lakon berjudul Dunia Perempuan Gila, juga dipentaskan lakon lain berjudul Mimpi dalam Jeruji Besi, yang diadaptasi dari cerita pendek yang sama.

“Ada dua pertunjukan yang dipentaskan,” kata Ari Firmansyah, ketua umum Sanggar Lentera.

Ia menambahkan, menonton pertunjukan teater di momen Ramadhan 1446 Hijriyah, khususnya di kota Sumenep, sangat jarang terjadi.

Biasanya, ngabuburit hanya diisi dengan berburu takjil, sekedar berswafoto di lokasi wisata atau berselancar di dunia maya tanpa jeda.

Maka, menurut Ari, dua pertunjukan teater ini untuk memberikan alternatif lain dalam mengisi ngabuburit di momen Ramadhan ini.

Melalui pertunjukan ini, diharapkan bisa menghidupkan kembali diskusi secara langsung tanpa terhalang oleh gadget atau perangkat elektronik lainnya.

Di samping itu, pertunjukan ini merupakan upaya untuk menjaga spirit kekaryaan dalam berkesenian di tengah membanjirnya konten-konten media sosial yang sebagian di antaranya dinilai tidak edukatif.

“Ini sebagai alternatif untuk ngabuburit dan juga sebagai pekerja seni kami harus terus berkarya,” pungkasnya.

Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari Santri