Feminisme di Nusantara: Pahlawan Perempuan dan Tantangan Masa Kini
Oleh : Khozaimah (Kader PMII STKIP PGRI Sumenep)
Opini, mediapribumi.id — Berbicara feminisme, kita akan dihadapkan dengan pelbagai penguraian latar perdebatan isu perempuan. Pertanyaan apakah dan mengapa ada permasalahan bagi kaum perempuan banyak menumbuhkan pemikiran atau tanggapan yang beragam. Misalnya bagi kelompok yang diuntungkan dengan konstruk yang terbentuk oleh status qou akan beranggapan tidak ada masalah antara relasi yang terjadi antara perempuan dan laki-laki.
Berbeda dengan kelompok yang beranggapan bahwa perempuan berada pada status qou yang dirugikan akibat ditindas dan dieksploitasi, dalam buku Analisis Gender dan transformasi sosial, Mansour Fakih menyebutkan bahwa kelompok ini juga masih terpisah pemikiran secara garis besar saat menjawab pertanyaan mengapa perempuan tertindas dan dieksploitasi dengan pola pikir liberalis, radikalis, marxis dan sosialis.
Sejarah Nusantara juga menjadi saksi cikal bakal munculnya keberagaman yang menyimpan jejak pahlawan-pahlawan perempuan yang telah mengukir perubahan dalam ranah feminisme. Seperti Kartini dan Cut Nyak Dhien menjadi sosok pahlawan perempuan dengan gerakan perubahan.
Kartini, dengan gagasannya dalam dunia pendidikan dan kesetaraan, membuka jendela masa depan bagi perempuan Indonesia. Sementara Cut Nyak Dhien, menjadi sosok pahlawan di medan perang dan di dalam keluarga, menunjukkan betapa perempuan sangat kuat dan lembut sekaligus.
Kedua perempuan yang meninggalkan jejak perubahan dalam sejarah perempuan ini menunjukkan betapa banyak masalah dari konstruk sosial dan pendidikan yang kita terima, yakni yang kita kenal budaya patriarki.
Status qou menunjukkan persoalan feminisme dan sejarah jejak pahlawan perempuan tersebut tak hanya melibatkan pandangan ke belakang, namun juga tantangan masa kini. Peran ganda, pengaruh globalisasi, dan perkembangan teknologi menjadi poin utama yang perlu diperhatikan.
Bagaimana kisah pahlawan perempuan di masa lalu mengilhami dan memberi arah bagi penggerak kesetaraan gender di tengah dinamika Nusantara yang bersifat dinamis. Setiap waktu dan tempat dinamika gender selalu berbeda-beda.
1. Peran Ganda, Kesetaraan Ruang Publik dan Privat
Pertama, kisah perjuangan pahlawan perempuan menghadapi dualitas peran menjadi katalis perubahan dalam wacana kesetaraan. Bagaimana mereka, seperti Kartini dan Cut Nyak Dhien, menciptakan ruang bagi perempuan di ruang publik tanpa meninggalkan tugas-tugas tradisional di ruang privatisasi rumah tangga? Adakah cerminan dari perjuangan ini dalam kehidupan sehari-hari perempuan modern?
2. Pengaruh Globalisasi dan Tantangan Teknologi
Kedua, dalam arus globalisasi, pahlawan perempuan terlibat dalam menyikapi pengaruh luar yang masuk ke Nusantara. Bagaimana dampak globalisasi terhadap gerakan feminis di Indonesia, dan bagaimana pahlawan perempuan menjadi penengah antara nilai-nilai lokal dan tekanan global? Serta, bagaimana perkembangan teknologi memainkan peran dalam mengubah cara perempuan menyuarakan hak-haknya?
Telaah tersebut menyadarkan kita bahwa pahlawan perempuan Nusantara bukan hanya sekadar figur sejarah, melainkan pemandu dan inspirator perjalanan kesetaraan gender, bagaimana perempuan berjuang untuk dirinya dan juga orang lain.
Meski kita sadar tantangan masa kini tidak dapat dianggap remeh, namun perjuangan pahlawan perempuan telah menciptakan templat yang memandu perempuan modern untuk melintasi lorong-lorong kompleks perubahan sosial dan teknologi.
Kesetaraan, bukan sekadar wacana, tapi kenyataan yang wajib diwujudkan dengan menggandeng nilai-nilai yang diwarisi dari pahlawan perempuan masa lalu dan intelektualitas yang perlu digalakkan oleh perempuan masa kini. Sebuah panggilan untuk terus menapaki jejak pahlawan perempuan, membawa harapan kesetaraan di dalam zaman yang dinamis bukanlah mimpi, tapi persoalan bagaimana perempuan menghargai dirinya sebagai manusia dan makhluk Tuhan yang diilhami akal untuk berpikir dan belajar.