Mimpi Pembelajaran Ideal, Mungkinkah Terwujud?
Oleh: Dr. Nurwidodo, M.Kes.
Kepala LMT FKIP UMM, Pengurus ALSI
Prekondisi
Setiap guru memiliki mimpi yang sama, yakni mewujudkan pembelajaran ideal atau terbaik di kelasnya. Hal menarik dan memiliki relevansi dengan tuntutan untuk mengimplementasikan pembelajaran terbaik atau ideal adalah ketika diskursus ini dialamatkan kepada para guru alumni PPG.
Sebagaimana diketahui bahwa PPG saat ini merupakan program prioritas nasional dari Kemendikbud Ristek, dimana alokasi dana dan sumberdaya manusia terbanyak dicurahkan kepada program PPG ini. PPG dilaksanakan dalam kerangka menunaikan amanah nasional yaitu UUGD tahun 2005 utamanya untuk menghasilkan guru tersertifikasi.
Guru memiliki tugas utama mengajar, mendidik, membimbing, memotivasi, melatih dan tugas mulia lainnya.
Ada persyaratan untuk dapat menjalankan tugas secara profesional, yaitu berpendidikan sarjana dan tersertifikasi. Guru profesional diharapkan mampu menghadirkan pembelajaran yang mendidik, artinya pembelajaran yang mampu membangkitkan semangat belajar yang sesungguhnya pada diri siswa. Oleh karena itu, maka diharapkan guru memiliki berbagai kemampuan seperti pedagogical skills, literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology literacy), inovasi (innovation), serta keterampilan berbahasa (language skills) yang digunakan untuk mengelola pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Mendasarkan pada cita-cita guru profesional di atas, maka akan tampak ideallah performance guru kita nantinya karena memiliki kompetensi utuh sesuai dengan standar guru yang berkarakter unggul, kompetitif, dan cinta tanah air. Selain itu guru masa depan juga memiliki kemampuan era revolusi industri 4.0 yang mengutamakan berpikir kritis (critical thinking), pemecahan masalah (problem solving), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas (creativity) (Perdirjen GTK Nomor 2109/B/HK.06/tahun 2023). Guru profesional seyogyanya mampu mewujudkan pembelajaran terbaik atau menghadirkan pembelajaran sempurna.
Diskursus PBL dan PjBL
Performance mengajar guru tersertifikasi, sebagaimana proses pendidikan yang telah diajarkan selama mengikuti PPG, tentulah akan mampu mnghadirkan pembelajaran terbaik. Sekalipun diakui bahwa tidak ada pembelajaran yang sempurna apalagi terbaik. Yang ada adalah terbaik diantara yang ada. Akan tetapi, rekomendasi dari peraturan Nomor 2109/B/HK.06/2023 tentang petunjuk teknis pelaksanaan program pendidikan profesi guru bagi guru dalam jabatan telah merekomendasikan model PBL atau PjBL sebagai model pembelajaran yang perlu diimplementasikan baik di tingkat pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Penunjukan model PBL maupun PjBL adalah dalam kerangka mengeliminasi kelemahan pembelajaran konvensional selama ini.
Sedemikian idealnya proses pembelajaran yang dikonstruksi oleh model PBL maupun PjBL. Dalam banyak studi disebutkan bahwa PBL atau PjBL akan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang ditemukan di sekolah. Permasalahan tersebut misalnya rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya pemberdayaan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), rendahnya aplikasi teknologi pembelajaran, dan lain-lainnya. PBL atau PjBL diasumsikan menjadi obat dari segala obat atau panacea untuk menyembuhkan berbagai kekurangan atau masalah dalam pembelajaran.
Mengapa PBL dan PjBL ini direkomendasikan oleh peraturan di tingkat nasional? Ada beberapa alasan penting mengapa kedua model ini direkomendasikan, diantaranya adalah bahwasanya kedua model memiliki ciri sebagai berikut: berbasis masalah, berupaya mencari solusi, melibatkan proses belajar aktif siswa, membutuhkan kemampuan berpikir kritis, membutuhkan kemampuan berpikir kreatif, membangun keterampilan komunikasi, dan membangun keterampilan kolaborasi
Namun demikian tidak semua guru mampu mengamalkan PBL atau PjBL dengan sebenar benarnya. Hanya guru yang mumpuni, terampil dan fasih yang dapat mengimplementsikan PBL atau PjBL dengan benar dan baik. Mengapa hal ini terjadi? Karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang akurat dalam menyusun modul PBL atau PjBL.
Langkah-langkah PBL atau PjBL ini perlu didahului dengan penyusunan Chapter Design dan Lesson Design. Sementara itu hampir 90% guru di lapang tidak mengenal hal ini. Akibatnya terjadi ketidak akuratan dalam mengimplementasikan atau mengintegrasikan langkah langkah model pembelajaran dengan materi atau konsep yang dipelajari.
Diskursus Chapter Design dan Lesson Design
Mengajar dengan performance terbaik dimulai dengan penguasaan atas materi ajar yang adekuat. Penguasaan materi ajar (what to teach) menjadi syarat bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik apapun bidang studinya. Penguasaan materi ajar mencerminkan kompetensi professional seorang guru. Materi ajar ini menjadi fokus untuk dikuasai terlebih dahulu, bila ingin menjalankan pembelajaran dengan baik dan benar. Oleh karena itu pendalaman atas materi perlu dilakukan melalui kegiatan pembuatan Chapter Design.
Chapter design adalah suatu rekayasa eksplorasi atau penjabaran konsep atau materi yang terdapat dalam dokumen kurikulum kedalam sub-sub materi yang relevan. Sub-sub materi ini dapat diposisikan sebagai dirivasi atas materi atau konsep utamanya (Nurwidodo, 2021).
Penyusunan chapter design diskenario berdasarkan tugas materi yang dihadapi sehari hari oleh peserta. Secara “terbuka” penyusunan chapter design ini dikerjakan dalam kelompok kerja berdasar muatan pelajaran. Oleh karena itu, di tingkat pendidikan dasar dan menengah sebaiknya dibentuk kelompok IPS, kelompok IPA, kelompok Matematika dan kelompok Bahasa. Hal penting yang dilakukan dalam menyusun chapter design adalah bahwa peserta diminta melakukan analisis isi pelajaran dengan mengidentifikasi jenis isi materi pelajaran yang dikandungnya, apakah termasuk dalam kategori fakta, konsep, prosedur atau metakognitif. Hal kedua yang dilakukan dalam analisis materi ajar adalah apakah terdapat konsep konsep yang saling berkaitan secara serial ataukah paralel. Apakah terdapat materi materi yang sulit dipahami, apakah terdapat materi yang sering mengalami miskonsepsi dan lain lainnya.
Dalam menyusun Chapter Design ini maka dimungkinkan untuk memanfaatkan cara berpikir berdasarkan Mind Mapping ataupun Vee Maping untuk mendapatkan konsep esensial, konsep elementer maupun konsep yang sifatnya advance material (Nurwidodo, 2021).
Chapter Design yang diwujudkan pada sebuah peta pikiran (Mind Map) pada dasarnya menguraikan materi ajar (Kompetensi Dasar) kedalam unsur unsur pembentuk konsep KD tersebut. Unsur unsur pembentuk KD ini diekplorasi sebanyak banyaknya, kemudian diidentifikasi setepatnya, manakah yang menjadi unsur pelengkap, manakah yang dianggap sulit dan manakah yang dianggap mudah. Dari penemuan unsur unsur pembentuk KD ini kemudian ditata kembali, manakah yang menjadi unsur prasyarat dan manakah yang menjadi unsur pelengkap, sehingga penyajiannya perlu diurutkan (sequencing). Dari chapter design ini juga perlu dikembangkan pertanyaan yang memungkinkan untuk diskenariokan dalam pembelajran, pertanyaan untuk menggiring siswa mencpai kemampuan berpikir, mulai dari pertanyaan yang mudah sampai dengan yang susah. Pertanyaan mana yang akan dikerjakan secara mandiri pertanyan yang diberlakukan untuk semua anggota kelas, sampai pertanyaan yang mana yang diminta dikerjakan secara berkelompok perlu dipikirkan manfatnya. Misalkan materi IPAS di SD pada konsep Perubahan Wujud Zat, maka chapter design terhadap materi perubahan wujud zat ini dapat dieksplore sebagai berikut. Paling tidak ada dua sub konsep yang dapat dikembangkan menjadi chapter design dari materi ini. Pertama adalah berbagai wujud zat, dan kedua adalah faktor yang mempengaruhi perubahan wujud zat.
Dari dua sub konsep ini akan terdapat beberapa masalah yang dapat dimunculkan, salah satunya adalah bagaimana mempertahankan wujud zat cair dari penguapan. Masalah ini cukup rumit dan membutuhkan pemikiran yang kritis untuk menyelesaikannya. Apakah siswa SD akan mampu berpikir dan merumuskan masalah sepeti itu? Belum tentu bisa, akan membutuhkan bantuan belajar yang runtut yang berupa batu loncatan, langkah demi langkah, yang memungkinkan terjalinnya pemikiran kearah tujuan yang dimaksudkan. Untuk itu diperlukan perhatian dan pendampingan guru untuk menyederhanakan, untuk menyambungkan kaitan materi dengan permasalahan yang dimunculkan, namun siswa tetap menjadi perumus masalah tersebut.
Setelah chapter design dan potensi masalah tereksplorasi, maka langkah berikutnya adalah membuat Lesson Design. Lesson Design adalah formulasi urutan proses belajar mulai dari kegiatan awal, inti sampai evaluasi dan penutup, yang dalam penyusunannya menggunakan pola mundur, yakni dimulai dari menetapkan kemapuan akhir yang diharapkan dicapai oleh seorang siswa yang dijadikan patokan untuk dibantu, yakni siswa yang biasanya mengalami kesulitan (Ibrohim, 2021).
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat Lesson Design: Lesson design menggambarkan alur pemanduan atau fasilitasi belajar yang dipikirkan dan dirancang oleh guru untuk membantu belajar siswa. Dalam hal ini, guru mencoba memerankan diri sebagai siswa dalam menyusun alaur belajar tersebut. Suatu lesson design diawali dengan menetapkan tujuan pelajaran, dari sisi guru dan sisi siswa. Dari sisi guru tujuan dirumuskan dalam tiga unsur utama, yakni materi/konsep, cara/pengalaman belajar, dan cara mengevaluasi. Semenara tujuan belajar yang dinginkan siswa berupa sebuah pengungkapan pengalaman yang sesuai dengan pemahaman atau keterampilan tertentu. Misal bisa memasang rangkaian sampai menyala, memahami beda seri dan paralel, dll. Yang dungkapkan secara mudah dengan bahasa siswa (Ibrohim, 2021).
Sekalipun pepatah menyatakan bahwa tidak ada pembelajaran yang sempurna, akan tetapi guru profesional harus berupaya mewujudkan pembelajaran terbaik. Hal ini sehubungan dengan telah diupayakannya pembentukan, penguatan dan pemeliharaan guru profesional melalui PPG. Pembelajaran terbaik dapat diskenario melalui implementasi model pembelajaran modern atau inovatif sebagaimana PBL atau PjBL. Akan tetapi diperlukan pemahaman terhadap langkah-langkah dan integrasi materi kedalam langkah langkah PBL atau PjBL yang benaar dn baik. Untuk mendapatkn kebenaran dan kebaikan dalam integrasi materi kedalam langkah langkah PBL atau PjBL dibutuhkan keterampilan dalam menyusun chapter design dan lesson design.
Adanya kendala di lapang untuk mewujudkan pembelajaran terbaik atau ideal, kendala tersebut seperti belum semua guru mendapatkan pencerahan aatas pembelajajaran inovatif modern sebagaimana PBL atau PjBL, maka para guru bisa mengikuti pelatihan yang diselenggarakan secara gratis oleh Kemendikbud Ristek. Problematika yng bersumber dari masih minimnya pengalaman guru dalam merancang dan mengimplementasikan PBL atau PjBL perlu segera diselesaikan dengan peningkatan frekuensi latihan mandiri dalam menyusun model ajar berbasis PBL atau PjBL dan mengimplementasikan dalam sampai terbentuk keterampilan yang adekuat. Belajar bersama teman secara kolegial dan kolaboratif untuk menghasilkan peningkatan kompetensi terhadap pembelajaran modern dan inovatif perlu segera dimulai, terutama pada para guru alumni PPG dalam komunitas guru penggerak, Aktivitas lesson study perlu menjadi agenda dalam komunitas guru penggerak setelah dinyatakan lulus PPG dan memperoleh status sebagai guru professional tersertifikasi. Semoga saja.