Learning Trajectory: Urgensi Untuk Guru Penggerak
Dr. Nurwidodo, M.Kes.
(Kepala LMT FKIP UMM, Pengurus Pusat ALSI, Ketua LSPTM)
Opini, mediapribumi.id — Tahapan metamorfosis paripurna dari guru penggerak dalam versi Arif (2020) adalah terwujudnya kemampuan metakognisi. Kemampuan metakognisi ini diindikasikan dengan kemampuan merefleksi learning trajectory siswa dalam pembelajaran. Learning trajectory adalah suatu lintasan belajar yang memberi isyarat mengenai pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa serta proses berpikir dan langkah-langkah yang siswa terapkan dalam proses belajar (Simon & Tzur, 2004).
Learning trajectory bisa saja menggambarkan lintasan belajar yang terjadi secara apa adanya atau natural, namun ada pula yang memahami bisa saja dibuat atau sebagai rekayasa. Pada versi natural maka pencapaian tujuan pembelajaran akan sangat bergantung pada bagaimana siswa memiliki pengetahuan awalnya sendiri, bagaimana siswa menggunakan pengetahuan awalnyaa itu untuk memikirkan tugas belajar berikutnya dan bagaimana siswa mendapatkan hasil belajarnya secara outonom. Ini adalah learning trajectory by utility. Tipologi learning trajectory alamiah ini memiliki kekuatan dan kelemahan dalam kaitannya dengan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Mempertimbangkan keadaan tersebut maka guru dalam kualifikasi metakognitif bisa saja melakukan rekayasa agar menjadi lebih efektir dan optimal. Melalui fungsi kepemimpinan (leadership) akademik yang melekat pada atribut guru penggerak, maka learning trajectory by design ini bisa menjadi arah baru dalam menghela pembelajaran berkualitas.
Dalam kerangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran dan dalam rangka membeikan peluang beropeasinya kepemimpinan pembelajaran pada guru penggerak metakognitif, maka dimungkinkan untuk melakukan rekayasa atau mendesain learning trajectory secara artifisial. Dalam kaitan dengan itu, maka guru penggerak dapat menyusun atau mengembangkan learning trajectory yang disiapkannya terlebih dahulu melalui implementasi tahapan pembelajaran (syntax) yang tersedia pada model pembelajaran yang dipilih sehingga by design siswa akan berpikir melalui lintasan yang sudah disiapkan. Pilihan guru untuk menentukan rekayasa learning trajectory seperti apa yang akan dilalui siswa dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan, diantaranya kemudahan, ketersediaan sarana pendukung, alokasi waktu belajar dan penguasaan sertta pengalaman guru memanfaatkan model pembelajaran.
Lukisan scaffolding menuju jumping task
Bagaimana guru penggerak dapat merekayasa learning trajectory? Leaning trajectory dapat dilukiskan sebagai sebuah IDEA dalam bentuk skema persegi empat yang terbagi dalam 3 kompartemen vertical dan 2 kompatermen horizontal. Kompartemen vertical 1 adalah prerequisite atau pembukaan pelajaran yang scara actual siswa dihadapkan pada materi pembelajaraan sebelumnya dan dikaitkan dengan materi pembelajaran saat ini, Ini tahapan awal sebagai dan pengetahuan awal siswa dalam memulai pembelajaran. Disini dipikirkan tantangan apa yang akan dihadapi pembelajaran saat ini, bagaimana stting tempat duduk siswa sebaiknya walaupun seting tempat duduk peserta biasanya semua menghadap ke guru (klasikal management).
Kompartemen vertical 2 adalah ruang inti pembelajaran yaitu pembelajaran untuk materi saat ini, yang diskenario dengan tantangan apa yang dihadapi untuk pembelajaran saat ini. Materi dikonstruksi menjadi berbentuk pertanyaan pertanyaan (3-5 pertanyaan) yang berderajad atau berjenjang dari mudah ke sulit, dari simpel ke kompleks dan membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Soal ini dikerjakan secara kelompok, oleh karena itu setting tempat duduk dirubah menjadi kelompok, setiap kelompok usahakan terdiri dari 4 anggota. Pencapaian tujuan pembelajaran sudah terpenuhi di kompartemen vertikan ke-2 ini.
Kompartemen vertical 3 adalah penutupan pembelajaran, yang berisi rancangan Jumping Task yang dijadikan tantangan belajar siswa. Pencapaian tujuan mengarah pada pengayaan yang tidak harus dilakukan evaluasi. Kompartemen horizontal 1 (bagian atas) adalah aktivitas atau bantuan belajar yang akan dilakukan oleh guru ketika menjumpai berbagai kesulitas dalam mengerjakan persoalan yang dihadapi. Guru tidak berkeliling di semua kelompok, tetapi cukup mendatangi kelompok yang mendapatkan kesulitan dan memberikan bantuan belajar yang diperlukan.
Kompartemen horizontal 2 (bagian bawah) adalah aktivitas belajar siswa melalui kerja kelompok untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan dan mempresentasikan, boleh sebagian saja dari kelompok dan kemudian diklarifikasikan kebenarannya dengan kelompok lainnya. Apakah kelompok benar benar dapat bekerja dalam kolaborasi ataukah masih tertutup dan bekerja sendiri sendiri? Ini merupakan tantangan yang perlu mendapatkan perhatian bersama sama.
Garis diagonal yang bergelombang, menggambarkan proses belajar yang memang mengarah dari status rendah ke tinggi, artinya pencapaian tujuan pembelajaran (tasking 1) ke tasking 2, 3 dan selanjutnya yang merupakan gradasi semakin banyak, semakin sulit dan semakin kompleks. Dalam peristiwa belajar ini dimungkinkan siswa mengalami kesulitan, setiap kesulitan tersebut digambarkan oleh garis diagonal yang berwujud gelombang menurun. Namun demikian setiap persoalan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, sesungguhnya merupakan suatu tantangan yang dalam pandngan teori belajar kognitif Piaget, setiap tugas atau pertanyaan baru akan menjadikan siswa melakukan proses kognitif yang disebut dengaan adaptasi dan akomodasi.
Proses adaptasi dan akomodasi inilah yang menjadikan perkembangan kognnitif siswa mengalami stimulasi. Setiap proses adaptasi dan akomodasi itu, digambarkan dalam bentuk kesetimbangan dan ketidak setimbangan. Munculnya stimulus berupa tugas atau pertanyaan menjadikan ketidak setimbangan dalam alam kognitif siswa, yang oleh karena itu secara otonomis, proses kognitif siswa akan berupaya melakukan proses kesetimbangan baru dengan mencari solusi atau jawaban atas persoalan yang dihadapinya.
Melalui skema konsep perkembangan kognitif Piaget ini, maka diagonal yang menunjukkan arah pencapaian tujuaan pengembangan kemampuan berpikir siswa tidak berupa diagonal lurus, melainkan diagonal bergelombang. Seberapa banyak gelombang yang terjadi adalah berhubungan dengan seberapa banyak pertanyaan dan tugas yang dirancang oleh guru.
Setting gelombang yang berarah pada posisi menaik, menunjukkan bahwa terjadi suatu peningkatan dalam scenario pencapaian tujuan belajar. Bilamana siswa dengan atau tanpa bantuan guru mampu mengatasi persoalan maka belajarnya digambarkan oleh garis diagonal yang berwujud gelombang naik. Pada bagian ujung kanan atas, ditempati oleh suatu posisi pencapaian tujuan dimana ssemua siswa diharapkan mampu mencaapainya. Sementara itu juga dmungkinkan untuk kelompok siswa tertentu yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, dapat diberikan tugas dengan pertanyaan yang memiliki kompleksitas lebih tinggi dalam kerangka memberikan fasilitasi untuk dapat mewujudkan kemampuan jumping melalui scaffolding (sharing task dan jumping task). Pada tataran ini, maka tidak ada keharusan bagi seorang guru untuk melakukan proses pembahasan atas persoalan tingkat kompleks yang dialokasikan untuk jumping.
Guru, siapapun orangnya adalah pemimpin akademik dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Kepadanya diharapkan memiliki kemampuan untuk mendalami learning trajectory alamiah pada siswa dan melakukan rekayasa dalam kerangka menghadirkan schafolding untuk mencapai jumping task. Lukisan Learning Trajectory ini menunjukkan bekerjanya tahapan belajar menuju pada pembentukan kemampuan berpikir siswa kearah tingkat tinggi yang didasarkan pada landasan ilmiah kususnya teori belajar Piaget, Lev Vigotsky dan Bloom.
Lukisan learning trajectory ini dapat dijadikan acuan dalam menghela pembelajaran dan menghadirkan tantangan (sharing task, jumping task) serta bantuan belajar yang diperlukan sehingga dapat menghadirkan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran berkualitas merupakan hak belajar siswa dan pemenuhannya merupakan sebuah fungsi professional seorang guru, terlebih bagi guru yang telah beratribut sebagai penggerak.