BeritaLingkungan

Keberadaan Elang Jawa di Tambang Emas PT BSI Menandakan Keseimbangan Ekosistem Terjaga

Avatar
724
×

Keberadaan Elang Jawa di Tambang Emas PT BSI Menandakan Keseimbangan Ekosistem Terjaga

Sebarkan artikel ini
Keberadaan Elang Jawa di Tambang Emas PT BSI Menandakan Keseimbangan Ekosistem Terjaga
Potret Burung Elang Jawa, di Kabupaten Banyuwangi

Mediapribumi.id, Banyuwangi — Siapa sangka, di balik citra kerasnya dunia pertambangan, justru muncul kisah harmonis antara industri dan alam. Tambang emas Tumpang Pitu di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, yang dikelola oleh PT Bumi Suksesindo (PT BSI), kini menjadi rumah bagi satwa langka, yakni Elang Jawa.

Elang yang memiliki nama latin Nisaetus bartelsi ini, sebelumnya tidak pernah terpantau di kawasan tersebut. Namun sejak tahun 2019, burung yang menjadi simbol negara itu mulai rutin terlihat di area sekitar Pit B East, khususnya pada pagi dan sore hari. Indikasi kuat menunjukkan bahwa kawasan tambang kini menjadi habitat tetap Elang Jawa.

Menurut Setiawan, staf Departemen Lingkungan PT BSI, ini bukan kebetulan semata. Sejak awal beroperasi, anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk itu telah berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami hanya membuka lahan sesuai kebutuhan operasional, dan melakukan reklamasi segera setelah tidak digunakan,” ujarnya, Selasa (08/04/2025).

Dari hasil studi keanekaragaman hayati, PT BSI mencatat lebih dari 350 jenis fauna menghuni kawasan tambang, termasuk satwa langka lain seperti Lutung Jawa, Merak Hijau, Rangkong Badak hingga Kukang Jawa.

Langkah konkret PT BSI dalam menjaga keseimbangan ekosistem mencakup pembentukan area konservasi, patroli hutan berkala, hingga penyelamatan bibit pohon lokal.

Sosialisasi juga rutin dilakukan kepada karyawan dan mitra kerja melalui pelatihan, rambu edukatif, hingga peringatan Hari Lingkungan Hidup.

Menariknya, keberadaan Elang Jawa di kawasan tambang emas bukan hanya jadi penanda keberhasilan konservasi, tapi juga membantah anggapan bahwa pertambangan selalu membawa dampak buruk bagi lingkungan. Justru, dengan pengelolaan yang bertanggung jawab, pertambangan bisa bersinergi dengan alam.

“Keberadaan mereka menunjukkan bahwa ekosistem Tujuh Bukit masih sehat. Ini jadi motivasi besar bagi kami untuk terus menjaga dan merawat lingkungan, bahkan setelah tambang tak lagi beroperasi,” pungkas Setiawan.

Kisah tambang emas Tumpang Pitu ini membuktikan, ketika industri dan konservasi berjalan seiring, alam tak hanya tetap lestari, tapi bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya.

Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari Santri