Opini

Semangat Muda di Daerah Menua

Avatar
683
×

Semangat Muda di Daerah Menua

Sebarkan artikel ini
Semangat Muda di Daerah Menua
Dr. Mohammad Hidayaturrahman, Dosen FISIP Universitas Wiraraja, sekaligus Direktur Center for Indonesian Reform.

Mediapribumi.id, — Tulisan ini sebagai refleksi bagi masyarakat Kabupaten Sumenep yang telah berusia 755 tahun, usia yang tidak lagi muda, sudah sangat tua. Bila dihitung rata-rata usia manusia, 75 tahun, maka usia 755 sama dengan 10 generasi. Artinya Kabupaten Sumenep saat ini dihuni dan dipimpin oleh generasi ke-10, bila dihitung dari usia Kabupaten Sumenep yang telah mencapai angka 755. Pada perjalanan 10 generasi tersebut, tentu saja ada banyak kemajuan di samping banyak juga catatan yang menjadi koreksi terhadap kekurangan dan kelemahan yang menjadi pekerjaan rumah bersama warga Kabupaten Sumenep. Kemajuan dan kekurangan Sumenep 755 tahun menjadi catatan tersendiri bagi warga Sumenep yang tinggal di Sumenep maupun yang tinggal di luar Sumenep (Diaspora).

Sejumlah catatan penting yang perlu dikemukakan pada Sumenep 755 tahun. Salah satunya adalah kebangkitan entrepreneur generasi Z. Di era awal modernisasi yang ditandai dengan industrialisasi, salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah kehadiran industri-industri besar di suatu daerah. Hal tersebut dipraktikkan oleh pemerintah Orde Baru dengan program industrialisasi misalnya “satu desa satu pabrik.” Kebijakan tersebut kemudian menarik banyak investasi baik dalam maupun luar negeri. Belakangan orientasi pembangunan pada skala global adalah pembangunan berbasis entrepreneur, tidak lagi berbasis industri besar. Basis entrepreneur adalah pembangunan berbasis usaha mikro, rumah tangga dan per orangan. Usaha ini tidak hanya berlaku bagi usaha kuliner saja, namun juga kerajinan, fashion, bahkan sampai elektronik dan barang kebutuhan lainnya.

Pembangunan berbasis entrepreneur ini memiliki relevansi dengan kondisi demografi dan populasi penduduk Kabupaten Sumenep yang 50 persen berusia produktif milenial dan gen Z. secara praktis ini sebetulnya dapat dilihat sebagai fenomena positif yang telah berjalan. Di berbagai sektor generasi milenial dan gen Z sudah mengisi lapangan pekerjaan. Meski sebagian besar diantaranya adalah pekerjaan teknis. Kabupaten Sumenep sebagai daerah yang sedang gencar membangun sektor pariwisata, perlu melibatkan generasi milenial dan gen z. Hal ini misalnya dengan menggagas program studi pembangunan pariwisata, atau Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata dan seterusnya. Sehingga secara sumber daya manusia, Kabupaten Sumenep telah betul-betul siap menjadi daerah yang pembangunan sektor pariwisatanya menjadi unggulan. Ke depan generasi muda di Kabupaten Sumenep tidak sekadar menjadi pekerja di sektor-sektor pariwisata, namun menjadi entrepreneur muda yang memiliki kemampuan membangun usaha dan jejaring usaha di bidang pariwisata (MICE).

Salah satu hipotesis yang banyak diaminkan adalah, bila suatu negara memiliki warga yang menjadi entrepreneur sebanyak 30 persen, maka negara tersebut menjadi negara yang berhasil dalam pembangunan ekonomi. Bila tesis tersebut diturunkan pada skala mikro, daerah akan lebih menarik lagi. Paling tidak, bila ada separuh saja dari warga daerah yang muda, milenial dan gen z menjadi entrepreneur, maka secara ekonomi daerah tersebut sedang berada di jalan benar (on the track) menjadi daerah yang maju. Semangat kemandirian harus dimiliki oleh warga muda di Kabupaten Sumenep, sehingga lima tahun ke depan, saat Kabupaten Sumenep telah berusia 760 tahun, kebangkitan ekonomi kaum muda betul-betul terwujud. Generasi muda yang berkontribusi terhadap pembangunan Sumenep, tidak lagi menantu uluran tangan atau bantuan pemerintah.

Bagaimana Kepulauan Sumenep
Bagian ini tidak dimaksudkan sebagai suatu dikotomi antara daratan dan kepulauan. Namun menjadi catatan penting bagi seluruh pihak (stakeholders) yang memiliki peran, tugas dan tanggung jawab pembangunan dan pelayanan publik, kepulauan sebagai realitas politik dan pembangunan tidak dapat dilihat sebelah mata. Salah satu aspeknya yang penting dari kepulauan Sumenep adalah potenti ekonomi dan sumber daya alam. Dinyatakan atau tidak, bahwa wilayah kepulauan Sumenep menjadi salah satu wilayah penyumbang perekonomian terbesar bagi Kabupaten Sumenep. Salah satu aspeknya adalah minyak dan gas (migas). Dari sejumlah perusahaan migas yang telah berproduksi dan sedang eksplorasi hampir seluruhnya berada di wilayah kepulauan. Hal ini tentu saja perlu menjadi catatan penting bagi pembangunan ke depan, yang perlu mengafirmasi wilayah kepulauan. Bisa jadi ini menjadi diskursus tersendiri dalam kebijakan soal dana bagi hasil (DBH) migas, yang perlu dibahas pada forum tersendiri.

Bila ada paradigma yang melihat wilayah kepulauan sebagai beban dan masalah bagi Kabupaten Sumenep, maka cara pandang tersebut tetap saja kurang tepat bila diukur dari indikator apapun. Bila paradigma seperti itu dianggap benar, maka ada baiknya wilayah kepulauan dimekarkan saja menjadi daerah otonomi baru (DOB) menjadi kabupaten terpisah dari Kabupaten Sumenep atau menjadi daerah administratif yang lebih otonom. Namun bila paradigmanya menjadi wilayah yang tidak terpisah dari wilayah Kabupaten Sumenep, perlu ada program afirmasi terhadap pembangunan dan pelayanan publik di wilayah kepulauan. Pembangunan infrastruktur, terutama jalur transportasi yang menjadi penyambung (konektivitas) kepulauan dengan daratan merupakan kebutuhan mendasar yang tidak bisa ditawar. Soal ini sarana dan prasarana juga fasilitas transportasi di wilayah kepulauan sudah jauh lebih baik daripada Sumenep di bawah tahun 2000. Saat itu kapal yang melayani wilayah kepulauan hanya kapal Baruna Arta dan Bunga Daru. Saat ini sudah ada Tol Laut, Darma Lautan, Bahari Ekspress, Darma Bahari, Hulalo dan lainnya. Bagian yang masih kurang adalah wilayah kepulauan Masalembu, yang perlu ada perhatian khusus untuk akses transportasi laut. Adapun wilayah Kepulauan Kangean yang sebagian warganya secara ekonomi masyarakat telah memiliki kemampuan untuk naik pesawat, perlu disegerakan dibangun Bandar Udara atau Lapangan Terbang, sehingga akses udara bisa tersedia.

Calon Pemimpin Muda
Bila boleh berharap, maka harapan terbesar warga Kabupaten Sumenep akan dititipkan pada pundak dan kepala juga hati kedua calon pemimpin Kabupaten Sumenep yang saat ini sedang berkontestasi pada pemilihan kepala daerah yang akan digelar pada 27 November yang akan datang, yaitu Ali Fikri dan Achmad Fauzi. Keduanya merupakan tokoh atau pemimpin generasi muda, generasi kedua di bawah generasi baby boomer. Fikri misalnya masih berusia 51 tahun, dan Achmad Fauzi lebih muda lagi masih berusia 45 tahun, atau dalam terminologi lain merupakan generasi milenial.

Kasus di beberapa negara, kecenderungan warganya mempercayakan pemimpin kepada tokoh muda. Sebut saja misalnya, Daniel Noboa terpilih sebagai Presiden Ekuador pada usia 35 tahun. Begitu pula dengan Gabriel Boric terpilih menjadi Presiden Chile pada usia 35 tahun. Ada pula Nayib Bukele terpilih menjadi Presiden Amerika Tengah pada usia 37 tahun. Sebelumnya ada Emmanuel Macron yang terpilih menjadi Presiden Prancis pada usia 39 tahun. Malah ada tokoh lebih muda yang terpilih menjadi pemimpin, sebut misalnya Irakli Garibashvili menjadi Perdana Menteri Georgia pada usia 31 tahun. Sanna Marin juga menjadi Perdana Menteri Finladia pada usia 34 tahun. Ada deretana nama-nama pemimpin kelas dunia yang terpilih pada usia di bawah 40 tahun.

Menyebut beberapa nama tokoh muda yang menjadi pemimpin dunia tersebut sebagai referensi bahwa di tengah dunia yang semakin menua, masyarakat dunia menaruh harapan pada tokoh-tokoh muda. Sebagaimana warga Kabupaten Sumenep meletakkan harapan besar kepada tokoh muda calon pemimpin Kabupaten Sumenep, Ali Fikri dan Achmad Fauzi. Keduanya juga sebagai pemimpin partai di Kabupaten Sumenep. Maka bila salah satunya nanti terpilih, tetap mewakili generasi muda yang saat ini sedang tumbuh di Kabupaten Sumenep yang populasinya telah mencapai 50 persen lebih dari warga Kabupaten Sumenep secara keseluruhan.

Tokoh muda yang akan menjadi pemimpin Sumenep ke depan diharapkan memiliki gagasan dan program genuine dalam membangun Kabupaten Sumenep yang semakin tua namun dihuni oleh mayoritas orang muda. Program dan gagasan diorientasikan pada pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia berbasis potensi kaum muda, sebagai penduduk atau warga yang masih produktif. Di antara program dan gagasan yang menurut saya perlu dipertimbangkan adalah sektor pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Di Kabupaten Sumenep telah banyak berdiri perguruan tinggi yang menampung mahasiswa yang sedang menempa diri berproses menjadi manusia mandiri. Pemimpin terpilih ke depan perlu memiliki formulasi gagasan bagaimana mengembangkan potensi generasi muda, termasuk mahasiswa dalam meningkatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat menjadi kekuatan ekonomi daerah. Begitu pula pada pendidikan dasar, pemimpin terpilih perlu membuat program yang dapat meningkatkan bekal dan kemampuan siswa sehingga memiliki kemampuan, skill dan kompetensi yang kuat terhadap daya saing global.

Akhirnya, penulis ingin mengucapkan selamat hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke 755, semoga generasi dan pemimpin muda di Kabupaten Sumenep semakin semangat dalam membangun Sumenep yang telah semakin tua.

Catatan, Mohammad Hidayaturrahman,
Dosen FISIP Universitas Wiraraja, sekaligus
Direktur Center for Indonesian Reform.

Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hari Santri