Mediapribumi.id, Sumenep — Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar, Desa Ketawang Karay, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, dapat pelatihan peningkatan nilai jual produk kerupuk puli, melalui teknologi lemanfaatan ampas jamu dan desain kemasan.
Kegiatan tersebut, digelar oleh Universitas Wiraraja dengan DRTPM (Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat) Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Diketahui, bahwa KWT merupakan kelompok masyarakat ekonomi produktif di Desa Ketawang Karay. KWT ini didirikan sejak tahun 2008, dengan jumlah anggota sebanyak 42 orang.
“Usaha KWT Mawar bergerak dalam bidang pertanian dan pengolahan hasil,” kata Ika Fatmawati P, S.TP, MP selaku ketua pelaksana.
Ika Fatmawati menjelaskan, produk yang dihasilkan KWT Mawar adalah kerupuk puli, jamu bubuk, minuman herbal, dan aneka kue atau snack.
Sedangkan usaha kerupuk puli dan jamu bubuk merupakan usaha yang produksinya paling kontinyu, meskipun usaha kerupuk puli perkembangannya kurang optimal dibandingkan jamu bubuk, jika ditinjau berdasarkan jumlah produksi.
“Fokus kegiatan PKM ini untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra dalam mengembangkan usahanya, yaitu pada aspek produksi yang menjadi prioritas permasalahan adalah pemanfaatan limbah ampas jamu bubuk seperti ampas jahe, kunyit, kencur, temulawak, temu kunci dan temu putih,” jelasnya.
Selama ini, Kata Ika Fatmawati, ampas jamu bubuk dibuang begitu saja, hal ini akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Selain itu, prioritas permasalahan pada aspek produksi juga terletak pada teknologi pengirisan kerupuk puli yang masih menggunakan alat sederhaha yaitu pisau yang dikerjakan secara manual.
Hal ini, sambung Ika, mengakibatkan ketidakseragaman ukuran kerupuk yang akan mempengaruhi kualitas dari kerupuk puli.
“Kemasan juga menjadi prioritas masalah dalam asapek produksi, dimana kemasan yang digunakan hanya kantong plastik biasa sesuai dengan jumlah kerupuk puli yang dibeli,” paparnya.
Tidak hanya itu, pada aspek manajemen yang menjadi prioritas permasalahan adalah manajemen pemasaran produk.
“Selama ini hanya menjangkau pasar lokal sehingga diperlukan upaya bagaimana meluaskan pangsa pasar yang ada, sehingga mitra dapat melakukan pemasaran ke berbagai daerah yang nantinya dapat menaikkan jumlah penjualannya,” ungkapnya.
Ika Fatmawati mengungkapkan, dalam kegiatan ini, dirinya bersama tim, menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan pelatihan dan pendampingan.
“Pendekatan pelatihan meliputi pelatihan teknologi inovasi pengolahan kerupuk puli dengan fortifikasi rempah hasil samping pengolahan jamu bubuk,”
Sedangkan pelatihan pemasaran, menggunakan metode pendampingan, yaitu pendampingan keterampilan penggunaan alat pengiris kerupuk puli untuk meningkatkan nilai jual produk.
“Kami berharap, hasil dari kegiatan ini bisa medorong meningkatnya nilai jual produk dengan meningkatkan daya saing kerupuk puli produksi KWT Mawar,” kata Ika menambahkan.
Setelah kegiatan pelatihan dan pendampingan, juga dilakukan penyerahan alat pengiris kerupuk, perancangan alat pengiris kerupuk.
“Alat ini juga dilengkapi dengan penahan kerupuk pada saat diletakkan ditatakan sebelum proses pengirisan otomatis dilakukan. Ketebalan kerupuk dapat diatur sesuai keinginan dengan ketebalan yang kontinyu,” tukasnya.