Mediapribumi.id — Keyakinan itu diciptakan oleh akal, disepakati oleh niat dan diperjuangkan sekuat tenaga oleh nafsu. Akan tetapi, sekeras apapun keyakinan itu diperjuangkan, belum tentu direstui oleh takdir.
Atas dasar itu, maka, keyakinan bisa berubah, remuk dan hancur. Dan dalam politik, keyakinan layaknya hujan, rahmat dari Tuhan yang sering dihindari agar tidak kebasahan. Tidak banyak politisi yang siap basah sekalian.
Keyakinan adalah sebentuk sikap yang sering dicurigai oleh para politisi. Mereka tidak pernah sungguh-sungguh yakin. Sebab, dalam politik, keyakinan tercipta dengan sangat singkat dan selalu berbahaya.
Dalam hitungan hari, wacana meyakinkan, tentang kotak kosong di Pilkada Sumenep, akhirnya rusak juga. Takdir tidak merestui keyakinan yang arogan itu. Bagi orang awam, seperti saya, akhirnya percaya bahwa takdir memang sulit diajak koalisi. Takdir seperti tidak kenal kata kompromi.
Kotak kosong, dalam Pilkada, mencerminkan wajah demokrasi yang buruk. Hemat saya, kotak kosong adalah manifestasi dari politik yang otoriter, tidak humanis dan tendensius.
Satu-satunya hiburan politik bagi rakyak, yakni datang ke TPS untuk memilih, menimbang-nimbang, dan menentukan pilihan, terpaksa diselesaikan dalam angan-angan. Itulah alasan mengapa kotak kosong di Pilkada sangat membahayakan.
Dari pandangan yang lain, kotak kosong seakan mempermudah negara untuk mencap rakyat sebagai pembangkang. Terlebih jika rakyat tidak “menuruti” satu-satunya pilihan yang sengaja disediakan. Otoriter sekali bukan?
Politik di Pilkada harus tetap mampu memanusiakan rakyat. Meskipun fungsinya sempit, rakyat harus tetap percaya bahwa politik di Pilkada adalah kerja memilih, menimbang dan menentukan. Meskipun, bagi elit politik, kerja sejenis itu hanyalah kerja seakan-akan. Tidak apa. Sebab pasti akan tetap ada rakyat yang bahagia.
Takdir telah menyelamatkan kota Sumenep dari politik yang otoriter; kotak kosong. Meskipun Pilkada hanyalah kerja seakan-akan, namun penyelamatan ini sangat dibutuhkan.
Ternyata arogan itu masih bisa dilawan. Takdir mengajarkan itu. Baik bagi orang awam, dan para elit politik yang kebal bacok dan menguasai seluruh ilmu kanuragan.
Perlu disyukuri bahwa kota Sumenep belum ditakdirkan untuk memiliki sejarah buruk dari politik yang otoriter. Rencana kotak kosong akhirnya hanya menjadi cerita omong kosong. Cara bersyukur tentu saja berbeda-beda. Saya, membuat catatan sederhana dengan sekali-kali tertawa. Salam awam saja.
Nur Khalis: Jurnalis Muda Sumenep