Mediapribumi.id, Sumenep — Festival Sapparan Budaya ke-4 yang digagas Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Sumenep resmi dibuka pada Sabtu (30/08/2025) di Gedung Aswaja lantai II MWCNU Gapura. Gelaran tahunan ini menjadi ruang apresiasi seni, literasi, dan budaya yang mengusung nilai-nilai kearifan lokal Madura.
Rangkaian festival diawali dengan bedah buku Lempung dan Mesin Tubuh yang Hilang, sebuah antologi cerpen hasil Rakara Residensi 2024. Acara ini dihadiri oleh para siswa lintas jenjang, sastrawan, penyair, komunitas seni, serta berbagai badan otonom NU di Sumenep, menciptakan suasana penuh semangat kebudayaan dan literasi.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua MWCNU Gapura, Kiai Fathul Bari, menegaskan pentingnya festival ini sebagai sarana penguatan literasi di kalangan generasi muda.
“Semoga festival ini menjadi suluh literasi bagi pelajar, mahasiswa, guru, dan masyarakat luas, sehingga mampu ikut memajukan peradaban literasi di Madura,” ujarnya.
Tahun ini, Lesbumi PCNU Sumenep mengangkat tema “Nye’-Konye’ Gunong: Spirit Moralitas Manusia Madura”. Ketua Lesbumi, Khairul Umam, menjelaskan bahwa tema tersebut berangkat dari kearifan lokal masyarakat Madura yang kian tergerus zaman.
“Sebagai warga Madura, kita punya nilai nye’-konye’ gunong, sebuah filosofi moralitas yang harus kita hidupkan kembali,” kata Khairul.
Sementara itu, Sekretaris PCNU Sumenep, Kiai Zainul Hasan, menegaskan peran penting Lesbumi dalam menjaga tradisi dan budaya masyarakat Madura, khususnya warga Nahdliyin.
“Kami berharap Lesbumi senantiasa melestarikan kearifan lokal dan tradisi warga Nahdliyin di tengah perkembangan zaman,” tuturnya.
Festival ini tak berhenti pada pembukaan. Panitia telah menyiapkan serangkaian agenda berkelas, di antaranya:
26 September 2025: Halaqah Budaya dan Silatutur Arwah
27 September 2025: Festival Tastaman 3, yang akan menampilkan beragam lomba, pentas seni, dan pertunjukan budaya.
Dengan konsep yang memadukan literasi, seni, dan kearifan lokal, Festival Sapparan Budaya ke-4 diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat Madura untuk memperkuat identitas budaya sekaligus memperkaya khazanah peradaban lokal.

 

 
							












